Dulu Ditipu 1 Miliar, Pengusaha Asal Joga Ini Kini Sukses Olah Limbah Kayu
Agung Setiawan, pria berumur 42 yang tinggal di belakang Pasar Niten, Jalan Bantul Panggungharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul ini menjadi sosok yang patut diteladani. Meski sempat terpuruk usai ditipu rekan kerja sebesar Rp 1 miliar lebih, lelaki ini telah bangkit dan mampu menembus pasar Eropa yang dikenal sangat ketat.
Usahanya mengolah limbah kayu menjadi barang bernilai jual tinggi kini mampu menembus pasar Spanyol, Belanda, Australia dan juga Jepang. Ia sendiri beralih merubah bisnis kayu Log (utuh) dengan membuat produk dari limbah-limbah kayu sisa bisnisnya sebelumnya yang terpuruk usai ditipu temannya.
Agung mengaku menekuni bisnis kayu limbah tersebut juga akibat 'bencana' yang ia terima. Usaha jual beli Log kayu atau kayu utuh yang ia rintis sejak tahun 2000 hancur akibat ditipu oleh rekannya yang sebenarnya adalah teman sendiri. Ia terpuruk karena ditipu rekan sendiri sebesar Rp 1 miliar.
"Saya sudah pasrah dan patah semangat waktu itu," ujarnya, Kamis (15/10/2020).
Suatu pagi, ada rombongan bule menggunakan sepeda hendak pergi ke kasongan. Kebetulan rumahnya memang di pinggir jalan yang sering digunakan untuk jalur sepeda dari Kota Yogyakarta ke Kasongan, sentra gerabah yang terkenal di Bantul.
Pagi itu, bule yang paling belakang mengalami kendala karena rantainya putus. Dirinya pun mencoba mendekati bule tersebut untuk menyapa dan membantunya. Ia berkesempatan mengobrol dengan bule tersebut usai membantunya.
"Bule asal Belanda itu melihat kayu-kayu sisa-sisa usaha saya yang dulu dan sudah lama mangkrak. Bule itu ngomong kalau di negaranya bisa dibuat woodpanel dan nilai jualnya tinggi," paparnya.
Mendapat penuturan bule tersebut ia lantas mempelajari tentang woodpanel. Dirinya lantas memberanikan diri untuk meminta order dari bule tersebut. Dan akhirnya ia mendapatkan order dari bule. Sejak itulah dirinya menekuni bisnis kayu limbah yang mampu menembus pasar ekspor tersebut.
Produk-produk kreatifnya seperti woodpanel (panel kayu) dan woodcarving (pahatan kayu) kini mampu menembus pasar Eropa ataupun Asia. Namun akibat pandemi corona tak bisa ia pasarkan. Sejak bulan Februari 2020 yang lalu, usaha yang dirintisnya pada Mei 2018 yang lalu benar-benar mati suri.
Pesanan dari Spanyol dan Belanda untuk dua produknya tersebut langsung terhenti. Barang-barang yang sudah terlanjur ia buat akhirnya tidak bisa dikirim karena situasi dunia yang masih sangat ketat. Beberapa negara masih memberlakukan lockdown sehingga ekonomipun tidak bisa berjalan.
Demikian juga produk kotak perhiasan pesanan dari buyer Jepangpun yang telah ia buatpun juga urung dikirim. Pihak buyer masih belum bersedia menerima kiriman barang dari luar negeri. Akibatnya, barang-barang yang terlanjur ia buat harus disimpan terlebih dahulu di gudang hingga memungkinkan dikirim kembali.
"Selama Februari hingga Juni 2020, usaha saya Semaput (pingsan)," ceritanya.
Selama 5 bulan, ia harus mengencangkan ikat pinggangnya untuk menghemat pengeluaran. Meski demikian, ia sendiri tidak tega untuk membiarkan begitu saja karyawan-karyawannya yang telah membantu dirinya menjadi seperti sekarang ini.
Sebenarnya karyawan tetap hanya ada 4 orang karena belasan lainnya statusnya hanya kontrak ketika ada pekerjaan. Untuk 4 orang yang berstatus karyawan tetap, Agung tetap meminta mereka masuk kerja meskipun bergiliran 3 hari dalam sepekan. Namun untuk karyawan berstatus kontrak maka mereka memang 'dirumahkan' semuanya.
"Kalau karyawan masuk 3 hari bayarnya pun tidak penuh," paparnya.
Hal tersebut berlangsung hingga bulan Juni 2020 tersebut. Selama 5 bulan tersebut ia terus memutar otak agar mampu bertahan dan mendapatkan buyer kembali. Iapun lantas kembali membuat website yang baru agar pangsa pasarnya lebih luas lagi.
Dua website ia mainkan untuk dapat menjaring kembali buyer-buyer dari luar negeri. Strategi pemasaran digital ia lakukan dengan memainkan Search Engine Optimize (SEO) untuk menaikkan rating website yang ia ciptakan tersebut sehingga di mesin pencarian berada di posisi paling atas.
"Dan akhirnya mampu menjaring pembeli pertama selama pandemi corona,"terangnya.
Pembeli pertama yang ia dapat pada pandemi justru bukan dari negara yang selama ini menjadi langganannya Spanyol, Belanda ataupun Jepang. Justru pembeli pada masa pandemi tersebut berasal dari benua lain, Australia. Akhirnya, puasa order dari para buyer tersebut kembali masuk ke dirinya.
Persoalan kembali datang menghampiri dirinya ketika akan bangkit di tengah pandemi corona ini. Persoalan permodalan menghadang dirinya untuk kembali bangkit karena di sisi lain buyer lama telah meminta pengiriman barang-barang baru. Akhirnya ia memilih untuk mengajukan pembiayaan program kemitraan dari salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Pertamina.
"Saya pinjam Rp 90 juta dari Pertamina karena bunganya murah. 3 persen per tahun, itu pun bunga menurun," terangnya.
Kini pesanan berhasil ia penuhi berkat pertolongan dari BUMN. Saat ini dirinya masih harus mengerjakan pesanan Woodpanel Rp 60 juta dan Woodcarving Rp 90 juta. Ia kini masih mengejar produksi woodcarving 580 pcs atau mengisi kontainer 40 feet ke Spanyol dan juga Belanda.
2 tahun merintis usaha ini memang mengalami pasang surut. Ia sempat rugi Rp 7 juta pada pemenuhan order kedua karena salah membaca order. Hal ini membantunya belajar pengalaman bagaimana memenuhi pesanan dari para buyer luar negeri.
Junior Communication and Relation PT Pertamina MOR IV DIY-Jateng, Kevin Kurnia Gumilang mengatakan, Agung merupakan salah satu mitra binaan PT Pertamina. Agung mendapat pinjaman lunak dari BUMN ini. Dan berkat bantuan pertamina, Agung bisa bangkit dari keterpurukan.
0 comments:
Post a Comment