M. Alfatih Timur, Berangkat Dari Hati, Kini Kibarkan kitabisa.com
Banyak hal yang bisa dipelajari dari seorang M. Alfatih Timur. Pria yang akrab disapa Timmy itu adalah pendiri platform urun dana sosial atau social crowdfunding kitabisa.com. Sebelum sukses seperti sekarang, platform bikinan Timmy itu hampir pupus harapan lantaran investor tidak mau melirik.
Timmy lahir di Padang, Sumatera Barat, 27 Desember 1991. Ia boleh dibilang seorang anak yang cemerlang karena ia sudah duduk di bangku SMA di usia 15 tahun. Hal tersebut dikarenakan Timmy masuk program akselerasi sehingga ia harus berteman dengan orang-orang yang lebih tua dua tahun darinya.
Saat SMA, Timmy sering sekali diejek temannya cupu. Ia sendiri mengakuinya kalau sewaktu SMA dia memang terlihat seperti sosok yang nerd. Meski begitu, Timmy tetap membuktikan kecemerlangannya dengan lolos dan menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI).
Selain sibuk kuliah, Timmy juga ternyata aktif mengikuti organisasi mahasiswa. Ia sempat tercatat menjadi Ketua Departemen Kemahasiswaan BEM Fakultas Ekonomi UI. Sejak saat itu, Timmy aktif mengikuti berbagai diskusi serta menyalurkan aspirasi dengan sesama temannya.
Pengalamannya aktif di organisasi kemahasiswaan membuat Timmy memikirkan untuk melakukan sesuatu yang bisa membantu orang banyak setelah lulus kuliah. Saat itu, ia juga teringat pesan ayahnya untuk menjadi seseorang yang punya jiwa sosial yang tinggi.
Selain ayahnya, seorang praktisi bisnis sekaligus Guru Besar Universitas Indonesia Rhenald Kasali juga menginspirasi Timmy. Ia lalu menjejali dirinya dengan ilmu wirausaha sosial dan menemukan aksi crowdfunding.
Dari situlah, Timmy akhirnya mendapatkan ide untuk membangun wadah penggalangan dana sosial. Hasilnya, kitabisa.com akhirnya resmi berdiri pada 26 Desember 2012. Namun, Timmy tak boleh senang dulu.
Pada awal perintisan usahanya itu, Timmy mengaku kesulitan untuk mengembangkannya. Kitabisa.com tersendat oleh minimnya investor yang mau melirik platform sosial tersebut. Menurut pengakuan Timmy, hal tersebut dikarenakan kewirausahaan sosial hanya dipandang sebagai proyek sesaat saja.
Terlebih, Timmy juga harus menghadapi teman-teman lainnya yang juga sedang mengembangkan rintisan usaha yang konsepnya terbilang baru seperti Gojek, Tokopedia, dan Bukalapak. Bahkan, dalam dua tahun saja, tak ada satupun donasi yang berhasil masuk.
Namun, tentu saja, Timmy tak patah arang. Ia lalu memikirkan berbagai cara untuk mempertahankan platform tersebut. “Saya yakin, kalau niatnya positif, baik untuk banyak orang, do it,” kata Timmy. Ia lalu mulai membangun pertemanan dengan orang-orang IT, mengingat dirinya bukan lulusan IT saat itu.
Usahanya kali ini tidak sia-sia. Timmy akhirnya berhasil menggandeng investor untuk mendanai platform buatannya itu. Bagi Timmy, 2016 adalah tahun paling berkesan karena kitabisa.com terus menggalang dana bagi yang membutuhkan.
Platform tersebut mulai digunakan untuk membantu pengobatan medis, membangun tempat ibadah, membantu hewan terlantar, hingga beasiswa bagi siswa yang kurang mampu. Pada 2017, Timmy akhirnya meluncurkan aplikasi kitabisa.com yang semula hanya memiliki website saja.
Dalam hal administrasi, Timmy mengaku tidak memungut biaya untuk korban bencana alam dan zakat. Sementara untuk bentuk donasi lainnya, tim kitabisa.com akan mengenakan biaya administrasi sebesar lima persen dari jumlah donasi yang terkumpul.
Sejak saat itu, Timmy dikenal sebagai penggerak perubahan ekonomi sosial masyarakat. Ia bahkan pernah masuk dalam daftar 30 Under 30 Forbes Asia dalam kategori Social Enterpreneur pada 2016. Timmy juga pernah menjadi salah satu peserta yang mengikuti pelatihan bisnis Project Catalyst di Seattle, Washington pada November 2014.
Sampai saat ini, platform tersebut sudah berhasil memfasilitasi sebanyak 31.846 penggalangan dana sosial, dengan 2.801.425 orang yang bergabung, dan lebih dari Rp 815 miliar donasi tersalurkan bagi yang membutuhkan.
0 comments:
Post a Comment