Colin Huang, Anak Buruh di China yang Kekayaannya Capai Rp 437 T
Colin Huang menjadi orang terkaya nomor 7 di China versi Forbes dengan total harta USD 30,6 miliar atau setara Rp 437 triliun. Saham e-commerce-nya meroket selama dua bulan karena adanya pandemi seiring dengan tingginya permintaan belanja online. Hingga 31 Maret lalu, sebanyak 628 juta orang menjadi pembeli aktif di e-commerce-nya.
Kesuksesannya menjadi pengusaha terkaya nomor 7 di China adalah berkat kerja kerasnya dan kejelian melihat peluang. Huang berani mengambil risiko dan beberapa kali telah mencoba mendirikan bisnis meski tidak semuanya sukses.
Pinduoduo adalah perusahaan e-commerce yang memungkinkan penggunanya untuk berpartisipasi pada pembelian berkelompok. Masyarakat dapat menjual beraneka ragam barang-barang seperti sayur segar, buah-buahan, pakaian, hingga barang elektronik.
Perbedaannya dengan e-commerce lain adalah pengguna Pinduoduo bisa mendapatkan harga yang lebih murah bila melakukan pembelian kelompok. Mayoritas pengguna Pinduoduo juga merupakan penduduk di kota-kota kecil China yang bergaji rendah dengan tingkat kesejahteraan warga yang kurang.
Colin Huang mendirikan Pinduoduo pada tahun 2015 di Shanghai. Di tahun 2018, e-commerce-nya mendapatkan suntikan dana 110 juta dolar AS dan berhasil memiliki 200 juta pengguna. Nilai penjualan Pinduoduo saat itu telah berada di posisi kedua setelah Taobao dengan nilai lebih dari 100 miliar yuan.
Colin Huang lahir pada tahun 1980. Ia berasal dari keluarga sederhana. Orangtuanya bekerja sebagai buruh pabrik di pinggir Hangzhou. Huang sudah menunjukkan bakatnya pada bidang matematika. Ia bahkan berhasil masuk ke sekolah menengah elite di Zhejiang berkat memenangkan medali dalam kompetisi matematika.
Masuk ke Sekolah Bahasa Asing Hangzhou, Huang memiliki banyak teman dengan latar belakang keluarga yang kaya raya. Saat itu, ia berteman dengan putri Wali Kota Hangzhou. Pertemanan mereka membuat Huang menjadi lebih percaya diri dalam bergaul.
Selepas SMA, Huang kemudian melanjutkan sekolahnya di Universitas Zhejiang dengan mendalami ilmu komputer. Huang juga menerima bantuan dari Melton Foundation. Berkat kepintarannya, Huang juga sempat menjadi pekerja magang di kantor Microsoft di Beijing dengan gaji 6.000 yuan. Saat itu gaji magangnya sudah lebih besar dari gaji ibunya.
Huang kemudian melanjutkan pendidikannya. Ia mendaftar di Universitas of Wisconsin di AS untuk master ilmu komputer. Kepintaran Huang mampu membuat profesornya terkesan. Profesor lantas memberikan rekomendasi untuk masuk ke Oracle, Microsoft, dan IBM, perusahaan teknologi terbesar di awal 2000-an. Mulanya ia menerima tawaran pekerjaan dari ketiga perusahaan tersebut, namun kemudian ia tolak untuk bekerja di Google.
Saat itu karier di Microsoft dapat dibangun dengan mudah, lantaran Microsoft adalah perusahaan yang sudah mapan. Tetapi Huang mengambil risiko dengan bergabung bersama perusahaan internet yang baru go public. Setelah tiga tahun bekerja di Google, sahamnya meroket dari 85 dolar AS menjadi 500 dolar AS. Huang pun mendapatkan pundi-pundi kekayaannya.
Di tahun 2006, Huang mengundurkan diri dari Google dan pulang kampung ke Tiongkok. Pada 2007, Huang kemudian memulai usahanya sendiri. Ia mendirikan e-commerce Ouku yang menjual barang elektronik dan rumah tangga. Perusahaannya ini tidak berjalan lama. Di tahun 2010, ia menjual Ouku dan memulai usaha keduanya. Huang kemudian mendirikan Leqi, perusahaan yang memasarkan merek asing ke e-commerce lain seperti JD.com dan Tmall.
Huang kemudian mencoba bisnis ketiganya yakni studio game dengan nama Xunmeng. Studi gamenya menciptakan game role-playing berbasis web. Karena banyak menampilkan karakter wanita berbusana minim, masyarakat kerap mengalami sensor. Huang memutuskan untuk menyudahi dan memulai yang baru. Usaha keempatnya adalah Pinduoduo yang kemudian menjadikannya orang terkaya di Tiongkok.
0 comments:
Post a Comment