Kisah Anak Tukang Kayu Raup Rp 594 T, Dulu Kerap Diejek Miskin dan Ndeso
Anda pasti sudah tidak asing lagi dengan merek Gucci atau Saint Laurent, tapi jarang mendengar nama pemiliknya, Francois Pinault. Siapa sangka kalau pemilik merek mewah tersebut pernah dibully sampai keluar dari sekolah?
Ya, itulah yang harus dilalui Pinault untuk meraih kesuksesan seperti sekarang. Ia lahir dan tumbuh di pedesaan Les Champs-Geraux, Brittany, Prancis dengan keluarga miskin. Pinault kecil memiliki seorang Ayah yang bekerja sebagai pedagang kayu.
Saat sedang bersekolah di sekolah menengah College Saint Martin, Pinault sering diejek oleh teman-temannya karena aksen pedesaan dan latar belakang keluarga petani yang miskin. Ia benar-benar tidak tahan dengan ejekan itu sehingga membuat Pinault keluar dari sekolah di usia 16 tahun.
Setelah putus sekolah, Pinault tidak memilih untuk terus memikirkan ejekan itu, melainkan menjadikannya sebagai dorongan untuk bekerja keras. Ia akhirnya memutuskan untuk mengembangkan bisnis kayu milik ayahnya.
Dengan bantuan keluarga dan pinjaman modal dari bank Crédit Lyonnais, Pinault mendirikan perusahaan jual beli kayu bernama Etablissements Pinault pada tahun 1963. Bisnis baru Pinault itu ternyata melaju pesat.
Pinault melakukan berbagai langkah agar perusahaannya semakin besar. Salah satunya dengan mengakuisisi kompetitor yang sedang di ambang kebangkrutan seperti Chapelle Darblay.
Langkah inilah yang menjadi cikal bakal sifat “predator” Pinault sebagai pebisnis. Ia gemar mencaplok bisnis-bisnis yang sedang di ambang kehancuran sebagai taktik untuk melebarkan sayap bisnisnya.
Pada 1988, Pinault berhasil mengantarkan perusahaannya ke bursa efek di Paris. Tak lama setelah itu, Pinault ingin mengubah haluan menjadi perusahaan ritel. Untuk memulai langkahnya, Pinault kemudian banyak menanam saham di berbagai macam perusahaan.
Seperti di departemen store, Printemps, pesanan pos La Redoute, dan pengecer buku dan elektronik, Fnac. Langkah tersebut membuat Pinault mengubah nama perusahaannya menjadi Pinault-Printemps-Redoute atau PPR.
Pada 1999, PPR berhasil mengakuisisi 42% saham Gucci Group. Momen itu menjadi langkah selanjutnya bagi Pinault untuk berkiprah di bisnis fashion mewah. Jiwa bisnis Pinault pun mulai membara waktu itu.
Ia lalu banyak melakukan akuisisi brand mewah seperti Saint Laurent Paris, Alexander McQueen, Boucheron, Bottega Veneta, Stella McCartney hingga Balenciaga. Karena bisnisnya semakin luas, Pinault kemudian mendirikan perusahaan induk Artemis pada 1997 untuk mengelola investasi keluarganya.
Seiring berjalannya waktu, Pinault merasa punya ketertarikan lain pada seni kontemporer. Ia lalu menyerahkan manajemen perusahaan kepada anaknya, Henri. Di bawah kepemimpinannya, Henri mengubah PPR menjadi Kering Group.
Menurut Forbes, bisnis yang dibangun Pinault itu diperkirakan meraup keuntungan sebanyak Rp 220 triliun. Tentu, jumlah tersebut menyumbang kekayaan Pinault yang kini mencapai Rp 594 triliun menurut real-time Forbes per 30 Oktober 2020.
Jumlah itu menempatkan Pinault ke-27 sebagai orang terkaya seluruh dunia versi Forbes. Kini, Pinault lebih dikenal sebagai kolektor seni terkemuka. Ia diketahui memiliki beberapa lukisan paling langka di dunia, seperti karya-karya milik Picasso, Mondrian dan Jeff Koon.
Selain itu, Pinault juga ternyata memiliki sekitar 3.000 mahakarya seni yang bernilai hingga Rp 16,9 triliun. Ia juga terkenal mengelola rumah lelang Chistie di bawah Artemis sejak tahun 1998. Penjualan total dari rumah lelang yang berlokasi di London, New York dan Paris itu ini mencapai Rp 93,2 triliun pada 2017.
0 comments:
Post a Comment