Kisah Anak Desa Raup Rp 243 T, Usahanya Kini Mau Bikin Mobil Terbang
Puncak karir Li Shufu bisa dikatakan sebagai hasil jerih payah yang ia lakukan untuk mewujudkan mimpi masa kecil menjadi kenyataan. Ia kini dikenal sebagai pengusaha otomotif China yang terkenal hebat dalam bisnis mobil.
Li adalah bos Geely Automobile Holdings, sebuah perusahaan mobil swasta pertama dan terbesar di China. Ia juga dikenal dengan gebrakannya membeli anak perusahaan Ford, Volvo pada tahun 2010.
Meski begitu, Li tidak serta merta dapat membangun bisnis besarnya itu dengan mudah. Dia lahir dan tumbuh di lingkungan pertanian, yang mana naik mobil atau pesawat merupakan hal mewah. Namun Li yakin, ia memang tertarik dengan dunia otomotif sedari kecil.
Pada usia 10 tahun, Li sempat membuat mobil dari pasir setelah melihat mobil-mobil militer yang membawa bendera merah di dekat rumah. Ia mengaku kalau keluarganya tidak bisa membelikan dirinya mainan. Li sendiri tidak membayangkan ia bisa membuat mobil sungguhan.
Sebelumnya, Li sempat kuliah dan lulus sebagai sarjana teknik di Universitas Sains dan Teknologi Harbin. Ia ternyata menyukai pendidikan. Li kemudian melanjutkan kuliah dan mendapat gelar master teknik mesin di Universitas Yanshan.
Berbeda dengan ketertarikannya, Li justru memulai bisnis fotografi. Saat itu, Li hanya mengandalkan kamera seharga dua ratus ribuan dari ayahnya. Kamera itu terlalu murah sehingga kualitas yang dihasilkan kurang bagus.
Li lalu berinisiatif mengutak-atik kamera tersebut dan merancang khusus untuk studionya. Seiring berjalannya waktu, Li tertarik melakukan bisnis baru, yaitu mengekstraksi emas dan perak dari mesin bekas.
Namun, persaingan yang ketat membuat Li tidak bisa melanjutkan bisnis tersebut. Tentu Li tidak menyerah. Pada usia 23 tahun, Li memulai usaha pembuatan komponen lemari es. Kali ini, ia berhasil mengembangkan usaha tersebut hingga menamainya Artic Flower.
Lagi-lagi Li harus menghentikan langkahnya karena terlalu banyak pesaing dalam bisnis ini. Singkat cerita, Li kemudian mendirikan perusahaan otomotifnya yang diberi nama Geely yang dalam Bahasa China, artinya beruntung.
Akan tetapi, Li kembali dihadapkan dengan kenyataan pahit. Karena peristiwa pembantaian Tiananmen 1989, ia terpaksa menyerahkan bisnisnya kepada pemerintah. Tak menyerah, Li kemudian memproduksi suku cadang motor pada 1993.
Kali ini Li bisa bernapas lega. Bisnisnya akhirnya sukses meski harus menghadapi banyak pesaing. Pada 1994, Li mampu membuat produk motor sendiri yang diekspor sampai ke 22 negara. Hingga pada 1997, perusahaan Li berhasil memproduksi mobil.
Bisnisnya pun berkembang pesat. Pada 2005, Geely didaftarkan Li ke Bursa Efek Hong Kong. Langkah ini tentu membuat Geely semakin berkembang. Pada 2016, perusahaan tersebut memiliki pendapatan hingga Rp 458 triliun.
Selain pendapatan perusahaan yang semakin meningkat, Li juga terkenal melakukan banyak akuisisi. Salah satunya saat ia membeli perusahaan otomotif terbesar di Australia, DSI pada 2009.
Akuisisi Li paling menghebohkan adalah ketika ia membeli anak perusahaan Ford, Volvo pada tahun 2010. Namun Li harus pintar-pintar mengelola perusahaan tersebut lantaran Volvo sedang mengalami penurunan penjualan kala itu.
Li kembali menghebohkan industri otomotif setelah membeli saham Daimler, induk dari Mercedes-Benz dan smart pada 2018. Atas kepiawaiannya, Li diberikan penghargaan sebagai Master Operasi dan Manajemen oleh Elitist of China Automobile Industry selama 50 tahun terakhir.
Li juga didapuk sebagai orang terkaya ke-12 China pada 2019. Kini, kekayaan Li sudah mencapai Rp 243 triliun menurut real-time Forbes per 1 November 2020. Ia menempati urutan ke-96 dalam daftar miliarder Forbes tahun 2020.
Kini, Li diketahui sedang mengembangkan layanan taksi terbang di China setelah Geely menanam hingga Rp 800 miliar lebih saham ke start-up Jerman Volocopter yang memproduksi mobil terbang. Layanan ini diperkirakan akan meluncur tiga tahun mendatang semenjak pertama kali diumumkan pada 2019.
0 comments:
Post a Comment