Ursula Burns, Kisah Sukses Imigran US Dulu Buruh Cuci Kini Entrepreneur Beromzet Rp 105 M
Barangkali tak pernah terbayangkan di pikiran banyak publik Amerika Serikat, akan ada seorang imigran perempuan berkulit hitam yang dapat menjadi pimpinan sebuah perusahaan berkapasitas internasional.
Bayangan itu mungkin saja tak pernah terwujud hingga muncul lah sosok Ursula Burns, seorang wanita imigran berkulit hitam yang pernah menduduki jabatan Chief of Executive (CEO) di perusahaan multinasional, Xerox, selama enam tahun lamanya.
Ia menduduki posisi tersebut sejak 2010 hingga 2016 silam. Tak cuma memecahkan rekor sebagai wanita kulit hitam pertama yang menjadi CEO, karena kesuksesannya, Burns mampu masuk dalam daftar Power Women 2016 versi Forbes dan mendapat ranking ke-24.
Xerox merupakan perusahaan multinasional yang masuk dalam daftar Fortune 500 dan punya nilai aset ratusan triliun rupiah. Menurut catatan Business Insider, menduduki posisi CEO di perusahaan sebesar Xerox, Burns punya kompensasi sebesar 7,5 juta dolar AS atau senilai Rp 105 miliar per tahun.
Tentu saja, meski bukan termasuk ke dalam barisan taipan-taipan besar macam Jack Ma, Bill Gates, atau Jeff Bezos, tetapi gaji sebesar itu sangat besar jika kita hendak bandingkan dengan masa lalu Burns yang amat getir dan penuh perjuangan.
Anak dari Tukang Setrika yang Lahir di Kawasan Kumuh
Masa lalu Ursula Burns amatlah jauh dari keadaannya yang sekarang. Burns lahir pada 20 September 1958 di Panama. Ia pindah ke AS karena sang ibu bermigrasi ke negeri Paman Sam dengan niat mengadu nasib. Burns kecil tumbuh di kawasan kumuh di Manhattan, New York, AS.
Untuk bertahan hidup, ibunda Burns yang merupakan seorang ibu tunggal mesti melakoni profesi sebagai seorang tukang setrika sekaligus membuka jasa penitipan anak. Sedikit demi sedikit uang ia dapatkan untuk menghidupi Ursula Burns dan dua anaknya yang lain.
Memiliki tiga orang anak tentu saja bukan hal mudah. Namun meski begitu, ketiga anaknya, termasuk Ursula Burns, berhasil ia sekolahkan hingga ke jenjang bangku SMA. Burns sendiri disekolahkan di sebuah SMA Katedral.
Dalam sebuah wawancara, Ursula Burns mengatakan bahwa ibundanya adalah orang yang paling hebat karena dapat melakukan hal-hal ajaib demi menghidupi anak-anaknya.
Untungnya, Burns mampu mempertanggungjawabkan perjuangan ibunda dengan terus menorehkan prestasi. Saat duduk di bangku SMA, Burns mampu mendapat gelar Bintang Pelajar sekitar tahun 1960-an.
Kerja keras Burns dan sang ibunda tak cuma berhenti di sana. Burns juga punya ambisi untuk terus melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. Dari hasil keringatnya sendiri, ia akhirnya masuk ke Polytechnic Institute of New York dan berhasil mendapatkan gelar insinyur.
Selepas lulus, Burns diterima kerja sebagai karyawan biasa di perusahaan Xerox. Di sanalah jejak karir Burns dimulai hingga ia mampu mencapai posisi sebagai seorang CEO di perusahaan tersebut.
Beberapa sumber juga menyebutkan bahwa jejak karir gemilang Burns tak cuma dapat dilacak dari perjalanannya di Xerox. Ia juga tercatat pernah menjadi dewan direksi di berbagai perusahaan besar macam Uber, Exxon Mobil Corporation, American Express, dan terakhir, VEON.
Tak hanya mampu gemilang di perusahaan-perusahaan besar, keahliannya juga membuatnya diangkat menjadi ketua Dewan Ekspor AS semasa periode Presiden Barack Obama.
0 comments:
Post a Comment