Mittal, Taipan Baja Asal India yang Memulai Bisnis dari Sidoarjo
Nama Lakshmi Narayan Mittal sempat melambung menjadi orang terkaya ke-3 sedunia pada tahun 2005 versi Forbes. Saat itu pula, ia menjadi orang India pertama yang mampu menduduki peringkat 10 teratas di daftar tersebut.
Kesuksesan itu tentu tidak diraih dengan mudah olehnya. Mittal kecil yang lahir pada 15 Juni 1950 itu tumbuh dengan keluarga miskin di Rajasthan, India. Keluarganya lalu pindah ke Indonesia pada tahun 1976.
Kedatangan Mittal ke Indonesia ini menjadi cikal bakal bisnis bajanya yang kini sudah besar. Karena ada sawah milik ayahnya yang tidak digunakan, Mittal yang jeli melihat peluang mengubahnya untuk mendirikan pabrik PT. Ispat Indo di Sidoarjo, Jawa Timur.
Perusahaan itu memproduksi berbagai jenis billet, batang kawat, serta batangan karbon rendah dan tinggi. Berbekal ijazah bisnis dan akuntansi dari St. Xavier College di Calcutta, Mittal mampu menggerakkan bisnis tersebut menjadi maju.
PT. Ispat Indo mengekspor sebanyak 70% produknya ke pasar domestik dan sisanya ke Asia Pasifik. Tak lama, perusahaan tersebut akhirnya dapat menjangkau 14 negara dan membuka lapangan pekerjaan bagi 150.000 orang.
Pada 2004, perusahaan yang kemudian bernama ArcelorMittal itu menjadi perusahaan terbesar dalam industri baja yang meraup Rp 322 triliun dari pengiriman 42,1 juta ton baja.
Selain mampu mengembangkan usahanya, Mittal juga menjadi pelopor penggunaan direct reduced iron (DRI) sebagai pengganti besi tua yang menjadi bahan dasar pembuatan baja pada umumnya.
Mittal kemudian melakukan banyak akuisisi pabrik baja di seluruh dunia dan melebarkan bisnis di industri perbankan. Salah satunya Ilya, perusahaan baja asal Italia senilai Rp 30,8 triliun.
Langkah untuk melebarkan bisnis itu membuahkan hasil. Ia bahkan menjadi direktur non eksekutif di beberapa perusahaan seperti Goldman Sachs, EADS dan ICICI Bank. Namun, Mittal pernah menghadapi kerugian besar pada 2019.
ArcelorMittal sempat dilaporkan merugi Rp 36,6 miliar karena harga bahan baku yang lebih tinggi dari harga penjualan baja. Meski begitu, Mittal dapat bangkit. Buktinya, ia mampu mengakuisisi Essar Steel yang dimiliki oleh miliarder Rusia, Sashi dan Ravi Ruia pada 2019 senilai Rp 86,5 triliun.
Kepiawaiannya dalam berbisnis diakui oleh masyarakat India. Ia pernah mendapat Padma Vibushan, sebuah penghargaan sipil tertinggi kedua dari pemerintah India pada 2008. Tak hanya itu, ia masuk dalam jajaran “100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia” versi majalah Time pada 2007.
Kini, Mittal memiliki kekayaan Rp 149,6 triliun menurut real-time Forbes per 31 Oktober 2020 dan menjadikannya orang terkaya ke-196. Peringkat itu menurun signifikan dari tahun 2019 saat dia menempati posisi ke-6 di daftar Forbes. Meski begitu, ia tetap menempati urutan ke-10 sebagai orang terkaya di India.
0 comments:
Post a Comment