Disleksia Hingga Putus Sekolah, Kini Sukses dan Hartanya Rp 64,9 T
Untuk menjadi orang yang sukses, tentu diperlukan kesabaran dan ketekunan. Orang sukses tak hanya bergelimang harta dan kekayaan, tetapi juga pandai melihat peluang.
Di tangan seorang yang sukses, hal yang tadinya kecil, bisa berubah menjadi besar dan memberi pengaruh yang juga besar kepada kehidupan. Begitulah yang dilakoni oleh Richard Branson, eks pemilik Virgin Music yang kini jadi konglomerat tingkat dunia.
Branson yang kini memiliki perusahaan berbagai bidang di banyak negara, memulai semuanya dari sepetak ruangan studio rekaman kecil yang bernama Virgin Music. Dari petak kecil itu, Branson mulai merintis jalan kesuksesannya sendiri.
Studio rekaman milik Branson memang sederhana, tetapi ia dapat mengorbitkan artis macam Sex Pistols dan Mike Oldfield. Keduanya bahkan mampu bertengger di tangga lagu Inggris untuk beberapa lama.
Kehebatan Branson dalam mengelola studio rekaman tersebut membuatnya menjadi seorang yang kaya raya. Forbes mencatat (diakses 29 Oktober 2020, pukul 11.35 WIB), bahwa kekayaan bersih Branson mencapai 4,4 miliar dolar AS atau senilai Rp 64,9 triliun (kurs: Rp 14.755).
Dari sepetak studio Virgin Music itu, Branson juga berhasil melahirkan perusahaan lainnya yang juga jadi pemasok kekayaannya. Antara lain, maskapai penerbangan Virgin Atlantic, ritel Virgin Megastore, hingga agensi wisata luar angkasa Virgin Galactic.
Beberapa sumber menyebutkan kalau Branson memiliki total 200 perusahaan yang tersebar di 30 negara di hampir seluruh benua. Seluruh perusahaan tersebut bernaung di bawah bendera Virgin Group yang langsung dipegang oleh Branson.
Jika memandang jauh ke kehidupan masa lalunya, nasib Branson sangat berbeda jauh dengan sekarang. Sebenarnya, Branson lahir dari keluarga yang tidak begitu miskin.
Ayah Branson berprofesi sebagai pengacara dan ibundanya bekerja sebagai pramugrari. Kehidupan Branson seharusnya tak ada yang sulit. Namun, Branson merupakan penderita disleksia.
Sebagaimana kita ketahui, disleksia adalah salah satu gangguan dalam belajar. Karena itulah, Branson harus berhenti sekolah. Namun, karena tak berselolah, masa kecil Branson justru dipenuhi dengan kehidupan bisnis.
Pada usia 16, saat teman sebayanya masuk SMA, Branson justru mencoba peruntungannya dengan membuat majalah amatiran. Siapa sangka, majalah barunya itu berhasil mendatangkan keuntungan 8 ribu dolar AS atau senilai Rp 118 juta.
Sejak saat itulah, Branson tak pernah kapok untuk mencoba berbisnis. Berbagai cara selalu ia lakukan selama tak merugikan orang lain.
0 comments:
Post a Comment