Perjuangan Sales Astra, Kini Jadi Konglomerat dengan Kekayaan Rp 20 Triliun
PT Astra International Tbk kini dikenal sebagai perusahaan besar terkemuka dengan bisnis yang merambah berbagai bidang usaha. Selain industri otomotif yang membesarkan namanya, kini bisnis Astra juga ditopang industri keuangan dan perbankan, infrastruktur, perkebunan dan industri agro, hingga startup digital.
Perusahaan yang didirikan William Soerjadjaja itu, tentu tidak tiba-tiba menjadi besar. Apalagi di tahun-tahun awal pendiriannya. Adalah Theodore Permadi Rachmat atau TP Rachmat yang masuk menjadi pegawai Astra di masa-masa awal. Saat itu tahun 1968, saat Astra belum genap 10 tahun sejak didirikan dengan nama Astra International Incorporated pada 1957.
Meski merupakan keponakan William Soerjadjaja yang adalah pendiri Astra, TP Rachmat bersedia meniti karier dari awal sebagai seorang sales. Pekerjaan yang tak mudah, karena tentunya dibebani target penjualan yang terus meningkat. Jenis pekerjaan itu juga membuat TP Rachmat harus sering berada di lapangan.
17 Kali Mengulang Satu Mata Kuliah
Meski sulit dan menantang, tapi pekerjaan sebagai sales dijalani TP Rachmat dengan baik, hingga menjadikannya profil orang sukses. Itu karena bekerja kerasa dan tak mudah menyerah, telah menjadi sikap hidupnya sejak muda. Termasuk saat menjalani kuliah di jurusan Teknik Mesin angkatan 1960-an di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Dia mengisahkan, pernah harus mengulang satu mata kuliah hingga 17 kali. Iya betul, tujuh belas kali. Kesan bodoh, mungkin yang pertama muncul jika mendapati mahasiswa yang harus mengulang suatu mata kuliah hingga belasan kali. Tapi kalau bodoh, tentu dia tak akan menjadi konglomerat seperti sekarang.
"Semua itu mengasah saya untuk tumbuh menjadi pribadi yang adaptif, tidak mudah menyerah, dan berkomitmen terhadap pilihan hidup saya," kata pria yang akrab disapa Teddy itu, dalam satu kesempatan.
Ketekunannya berkarier di Astra, mengantarkannya ke posisi puncak sebagai Presiden Direktur pada 1984. Saat itu usianya baru 45 tahun. Jabatan Presiden Direktur Astra International, didudukinya sampai 1989, lalu dia bergeser ke posisi komisaris. Kondisi perusahaan yang dipengaruhi situasi pasca-krisis ekonomi 1998, membuat TP Rachmat kembali diminta turun tangan memimpin Astra pada 2000 hingga 2002.
Setelah itu, dia kembali ke struktur dewan komisaris, kali ini sebagai Presiden Komisaris. Bersamaan dengan itu, pria kelahiran Majalengka, Jawa Barat ini mulai merintis usahanya sendiri yakni Triputra Group. Baru pada 2005, dia benar-benar mundur dari Astra dan fokus membesarkan usahanya sendiri.
Triputra Group saat ini telah berkembang jadi kelompok usaha besar. Banyak yang menjulukinya sebagai ‘Astra 2’, karena seperti Astra International, Triputra memiliki jejaring bisnis yang luas. Ada lima bidang usaha yang dikelola yakni agribisnis, manufaktur, jasa dan perdagangan, pertambangan, serta industri keuangan.
Kini pria 76 tahun itu telah layak menyandang status sebagai profil orang sukses, melalui bendera PT Triputra Group. Mengutip data Forbes per Kamis (5/11), TP Rachmat disebut memiliki kekayaan USD 1,4 miliar atau setara dengan Rp 20,3 triliun. Bahkan pada 2019, Forbes menempatkan dia dalam daftar orang terkaya Indonesia di urutan ke-18.
0 comments:
Post a Comment