Bukan Pesugihan, Ini Kisah Kuli Bangunan Miliki Harta Rp 175 T
Tidak ada yang tidak mungkin dicapai di dunia ini. Termasuk ketika seorang kuli bangunan bisa menjadi orang terkaya tanpa pesugihan. Asal jeli dan punya tekad kuat, usaha tidak akan mengkhianati hasil. Seperti halnya cerita kesuksesan Hui Wing Mau.
Hui yang sebelumnya diberi nama Xu Rongmao oleh orang tuanya itu lahir dari keluarga miskin di Fujian. Ia merupakan anak pertama dari delapan bersaudara. Sang ayah mengajarkan Hui keahlian sebagai kuli bangunan untuk membantunya bekerja.
Setelah lulus sekolah menengah atas, Hui mengikuti jejaknya untuk bekerja sebagai kuli bangunan. Bersamaan dengan Revolusi Kebudayaan pada waktu itu, Hui lalu berangkat ke pinggiran kota untuk menjadi pembantu medis tradisional.
Pada akhir 1970-an, Hui memutuskan untuk pindah ke Hong Kong. Di sana, ia bekerja di sebuah pabrik tekstil. Sejak saat itu, Hui lalu memulai bermain jual beli saham. Penghasilan yang didapat dari situ lantas ia gunakan untuk menanam modal kembali ke sejumlah pabrik tekstil.
Pada 1988, Hui berhasil menanamkan 12 juta dolar AS (setara Rp 174 miliar) ke sebuah pabrik tekstil. Langkah inilah yang mengawali karir Hui di industri properti.
Setelah itu, Hui bersikukuh membangun hotel meski pemerintah masih melarang untuk berinvestasi dengan hotel milik pribadi kala itu. Hui lalu menyiasati hal tersebut dengan membangun hotel dengan standar yang baik.
Beruntungnya, selesainya pembangunan hotel milik Hui bersamaan dengan perubahan kebijakan dari pemerintah. Rintangan tersebut berhasil dilalui Hui. Ia pun menjadi pemilik hotel pribadi bintang tiga pertama di China.
Sepak terjangnya di dunia properti kian diakui. Akan tetapi, bisnisnya di China mengalami penurunan. Hui lantas berinisiatif untuk memulai investasi real-estate di Australia pada 1990-an dan berakhir menetap di sana, tepatnya di Darwin, Australia.
Selama di Australia, Hui melanjutkan studinya secara jarak jauh hingga meraih gelar master di bidang bisnis. Hui yang punya mata jeli tidak serta merta puas dengan apa yang diraihnya.
Saat itu, Beijing dan Shanghai menarik perhatiannya sebelum yang lain sempat melirik tempat yang kini terbukti sangat menjanjikan tersebut. Hui lantas memposisikan bisnisnya ke dalam pasar sebelum harganya meroket.
Pada 2000-an, Hui lalu mengakuisisi Shimao Holdings dan Shimao International. Berkat kepiawaiannya, pada 2006 perusahaan yang menjadi Shimao Property itu didaftarkan ke Bursa Efek Hong Kong oleh Hui dan resmi diurus secara privat olehnya pada 2007.
Sampai saat ini, perusahaan milik Hui terus mengalami peningkatan pendapatan. Pada 2019, Shimao Property diketahui meraup hingga 34 miliar yuan, setara dengan Rp 74 triliun menurut Statistica.
Menurut real-time Forbes, kekayaan Hui kini mencapai Rp 175 triliun per 4 November 2020. Jumlah tersebut membuatnya menempati urutan ke-37 orang terkaya China dan ke-145 dalam daftar miliarder 2020.
0 comments:
Post a Comment