Tuesday, March 24, 2020

Surachmat Sunjoto, Dulu Jual Harrier Kesayangan Kini Sukses Bangun Grup LiMa

 Surachmat Sunjoto, Dulu Jual Harrier Kesayangan Kini Sukses Bangun Grup LiMa


Di tahun 2008, ia berinisiatif mendirikan koperasi karena bentuk usaha ini dinilai sangat erat kaitannya dengan industri mikro yang memang jadi passion-nya. Lalu, ia merambah bisnis lain di bawah bendera Grup LiMa, yang pada 2018 asetnya Rp 1 triliun lebih. 

Dengan modal awal Rp 980 juta, Surachmat Sunjoto bersama anggota lainnya menginisiasi Koperasi LiMa Garuda (KLG) yang pertama di Bekasi dan mulai melakukan layanan keuangan untuk masyarakat sekitar Bekasi. Rachmat, sapaan akrabnya, juga mulai melebarkan portofolio keuangannya dengan memberikan layanan pinjaman ke karyawan pabrik dan kantor Garudafood di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bandung. 

Setelah menyelesaikan kariernya sebagai Kepala Cabang PT Bank OCBC NISP Tbk. di Bogor, Jawa Barat, Rachmat dituntut komitmennya dan bekerja keras untuk mulai blusukan lagi dan menyambangi calon anggota satu per satu yang tersebar di kawasan Jabodetabek. Semua itu dilakukan demi membangun kerajaan bisnisnya. 

Pria kelahiran Pati, Jawa Tengah, ini tidak pernah merasa sungkan menyodorkan aneka macam layanan keuangan yang disediakan KLG ke hadapan karyawan pabrik dan masyarakat luas kendati memiliki "darah biru" sebagai anak pendiri Garudafood. "Saya ikut turun ke lapangan dan presentasi ke pabrik-pabrik Garudafood, mereka (karyawan Garudafood) merasa tidak enak karena saya kan anaknya owner Garudafood. Padahal, saya tidak pernah sekalipun menjual nama orang tua saya," ungkap Rachmat. Ayahnya, Prodjo Handojo Sunjoto, adalah pendiri dan pemilik saham Garudafood. Sebagai calon penerus imperium bisnis Garudafood, Rachmat memiliki opsi untuk berkarier serta berpeluang menduduki jabatan mentereng di perusahaan consumer goods itu.  

Namun, Rachmat memilih profesi sebagai pengusaha di bidang jasa keuangan karena memiliki passion dan tantangan tersendiri. "Saya ini berasal dari keluarga pengusaha, keluarga Sunjoto itu keluarga pengusaha. Saudara kandung dan saudara sepupu, baik itu lelaki maupun perempuan, membuka usaha sendiri," tuturnya. Jiwa kewirausahaan Rachmat dipupuk sejak menuntut ilmu di University of Kansas, Amerika Serikat. "Keinginan saya untuk menjadi pengusaha sudah ada sejak kuliah di AS," ujar peraih gelar S-1 Ekonomi dari University of Kansas (2003) ini.   
Selama kuliah di AS, ia memperdalam ilmu tentang perbankan dan pasar modal dengan cita-cita mendirikan bank setelah kembali ke Indonesia. 

Karena itu, Chairman Garudafood, Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto, merekomendasikan Rachmat untuk bekerja di salah satu perusahaan keuangan yang dinaungi Grup Triputra milik Theodore Permadi (T.P.) Rachmat. Di Grup Parasahabat yang dikomandani Carolus Wisry Sanrow, Rachmat menimba banyak ilmu dari koleganya. Pembawaannya yang luwes dan komunikatif memudahkannya bersosialisasi dengan karyawan dari level jabatan terbawah hingga teratas.   

Ide mendirikan BPR tercetus dari pengalamannya mengelola BPR Parasahabat, salah satu anak perusahaan Grup Parasahabat. Namun, rencana itu urung terealisasi. "Akhirnya, saya melakukan inisiasi untuk membuka Koperasi LiMa Garuda," kata Rachmat. Kala itu, jumlah pegawainya delapan orang dan biaya total untuk menggaji pegawai sebesar Rp 35 juta setiap bulan. 

Walaupun dengan modal yang minim sebagai perusahaan keuangan, pengusaha yang kini berusia 43 tahun ini tetap tangguh menjalani bisnis tersebut. Ia juga tidak pernah merengek meminta tambahan modal ke ayahnya. Pada saat KLG membutuhkan tambahan modal, Rachmat dengan rela menjual mobil Toyota Harrier kesayangannya.
   
Pengusaha bermental baja ini mengutamakan kejujuran dalam menjalankan roda bisnis koperasi. "Syarat bermain di industri keuangan ada dua, yaitu kejujuran dan kepercayaan. Di dalam tubuh saya ini ada keduanya, maka saya layak mencoba bisnis keuangan ini," Rachmat menegaskan. Prinsipnya itu ditunjukkan dengan merespons keinginan calon anggota yang mengajukan permohonan kredit mikro hingga menengah. Kini, aset KLG mencapai Rp 530 miliar lebih, naik 500 kali lipat dibandingkan modal yang disetornya di tahun 2008. 

Peningkatan aset ini selaras dengan bertambahnya jumlah kantor cabang KLG yang di tahun 2018 mencapai 10 unit. Lokasi kantor cabang koperasinya tersebar di Tangerang (Ciledug), Jakarta (Kebon Jeruk dan Pantai Indah Kapuk), Pati, Semarang, Karawang, dan Bogor. Kehadiran cabang KLG di daerah-daerah tersebut dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan simpan-pinjam dengan pelayanan berstandar bank yang inovatif dan terpercaya. Kepercayaan anggota turut meningkat seiring dengan bertambahnya anggota KLG di tahun 2018 yang menjadi 1.146 orang, dari 27 anggota di tahun 2008.  
 
Dua Sub Holding  

Cikal-bakal kerajaan bisnis Rachmat adalah Grup LiMa. Awalnya, grup ini disebut Grup Lima yang merujuk ke angka 5 yang dimaknai sebagai angka keberuntungan. Kemudian, di tahun 2013 bertransformasi menjadi Grup LiMa yang merupakan gabungan dua suku kata dari bahasa Tiongkok, yakni Li yang terjemahan harafiahnya adalah sukses dan Ma yang berarti kuat seperti kuda. 

Penyebutan LiMa ini tercetus ketika Rachmat bersama istrinya berjumpa dengan salah seorang kaligrafer terbaik yang merupakan keturunan terakhir Raja Tiongkok tatkala berwisata ke Kota Terlarang (Forbidden City), Beijing, China, pada 2013. Yang pasti, menurut Rachmat, si kaligrafer itu menyarankannya untuk mengganti nama Lima menjadi LiMa. "Tidak semua orang bisa bertemu dengan dia (kaligrafer)," katanya. Menurut warga lokal, seperti dituturkan Rachmat, pertemuannya itu diyakini akan membawa rezeki berlimpah. Rachmat meresponsnya dengan menganggukkan kepala. "Saya sih mengucapkan amin saja," ia berujar.   

Sekembalinya ke Tanah Air, ia mengubah Lima menjadi LiMa yang sekaligus sebagai pemarkah kelahiran Grup LiMa yang dideklarasikan sebagai induk usaha di tahun 2013. Semangat LiMa tercermin pada falsafah yang meyakini kesuksesan itu lahir dari semangat, niat baik, kejujuran, dan keuletan dengan diiringi doa. Sejak saat itu, Rachmat menyematkan kata LiMa di setiap anak perusahaannya.   

Grup LiMa menaungi dua sub holding yang menggarap bisnis jasa keuangan dan nonkeuangan. Pertama, PT LiMa Rachmat Sejahtera, yang didirikan tahun 2011, adalah perusahaan yang menjadi sub holding jasa keuangan. LRS menaungi PT LiMA Ventura. Kedua, PT Hawari LiMa Investama, yang didirikan tahun 2014, adalah sub holding nonjasa-keuangan yang membawahkan PT LiMa Anugerah Assetindo, PT LiMa Widya Aditama, dan PT Dewati LiMa Pratista. 
  
Saat ini, Grup LiMa mempekerjakan 200 karyawan. Sebagian besar manajemen dan direksi di anak-anak usaha itu adalah mantan pegawai BPR Parasahabat dan bank. "Semua karyawan saya digaji dengan remunerasi yang selevel dengan karyawan bank BUKU (bank umum kegiatan usaha) II dan BUKU III," kata Rachmat dengan nada bangga.  
LiMa 

Rachmat Sejahtera, sebagai induk usaha yang menaungi jasa keuangan, didirikan pada 7 September 2011. Salah satu yang patut dicermati kiprahnya adalah LiMa Ventura, perusahaan modal ventura yang didirikan Rachmat pada 27 Februari 2011. Perusahaan ini mengadakan kompetisi tahunan dengan tema berbeda-beda. LiMa Ventura juga menggandeng Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) untuk mencari perusahaan rintisan yang potensial. "Aset portofolio dalam kelolaan LiMa Ventura di saat ini sebesar Rp 75 miliar," ungkap Rachmat. Ia menyebutkan, perusahaannya menggelontorkan investasi sekitar Rp 15 miliar dalam bentuk penyertaan saham. Investasi itu ditempatkan di 
tiga perusahaan rintisan nonteknologi, yaitu Voyej Leather Goods (fashion), Gorry Gourmet (kuliner), serta Velospace & Co (desain interior). Ketiga perusahaan ini sudah mencetak laba bersih. 

Peran LiMa Ventura yaitu sebagai mitra strategis yang menempatkan eksekutif di jajaran direksi perusahaan startup itu serta memberikan pendampingan dan pengembangan bisnis dengan jaringan yang dimiliki Grup LiMa agar mempercepat pertumbuhan perusahaan rintisan. 

Nah, bergeser ke sub holding nonkeuangan yang dipimpin PT Hawari LiMa Investama yang didirikan pada 15 Juli 2014, perusahaan ini membawahkan PT LiMa Anugerah Assetindo (berdiri Agustus 2014) yang menggarap properti, PT LiMa Widya Aditama (Juli 2017) di sektor pendidikan, dan PT Dewati LiMa Pratista (Februari 2018) yang bermain di segmen kesehatan.   

LiMa Anugerah Assetindo pada Januari 2018 telah melakukan peletakan batu pertama Perumahan Griya LiMa Garuda di Subang, Banten. Proyek ini spesifik membangun Rumah Sehat Sederhana (RSH) dengan standar internasional, berkolaborasi dengan Habitat for Humanity Indonesia. LiMa Anugerah Assetindo sudah membangun RSH di Jawa Tengah dan berkomitmen membangun 100 ribu unit RSH di tahun 2022. Rumah yang dibangun itu merupakan kategori rumah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan yang menyasar masyarakat berpenghasilan rendah. 
  
Di segmen pendidikan, Lima Widya Aditama mendirikan lembaga pelatihan SoFia (School of Microfinance Indonesia) untuk melatih tenaga di bidang keuangan dan SoNia (School of Nursing Indonesia) untuk memberikan pendidikan keperawatan bagi lulusan SMEA, SMA, dan SMK. "Tujuan utamanya adalah membantu orang yang kurang beruntung agar bisa mendapatkan pekerjaan yang layak," ungkap Rachamt.
 
Di bidang kesehatan, ia membangun klinik yang tidak semata-mata berorientasi profit. "Saya adalah socialpreneur yang ingin memberikan manfaat kepada orang lain di samping mencari keuntungan," ia menegaskan. Rachmat membangun dua tipe klinik, yaitu klinik hemodialisis (klinik cuci darah) dan klinik umum. Pada 2019 akan dibuka lima klinik, bermitra dengan BPJS Kesehatan. "Rencananya akan buka di setiap kabupaten atau kecamatan. Sekarang baru buka satu unit di Serpong," ujarnya. 
  
Menilik kisah di atas, boleh dibilang Rachmat sukses membesarkan Grup LiMa. Pada 2018 Grup LiMa membukukan aset lebih dari Rp 1 triliun. "Target kami, aset di tahun 2022 bisa mencapai Rp 3 triliun," kata Rachmat. Kantor pusat holding dipindahkan dari Kalimalang ke 18 Office Park Building di Jalan T.B. Simatupang, Jakarta Selatan. Ke depan, Rachmat bakal terus mengembangkan bisnis, yaitu mendirikan perusahaan asuransi, multifinance, dan perusahaan manajemen aset untuk memperkuat bisnis sub holding keuangan. (*)

Surachmat Sunjoto, Dulu Jual Harrier Kesayangan Kini Sukses Bangun Grup LiMa Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Fauzi Rahmat

0 comments:

Post a Comment