Sunday, September 10, 2017

Kisah Sukses Pengrajin Songket Pandai Sikek



 Kisah Sukses Pengrajin Songket Pandai Sikek

Kini UMKM yang menghasilkan karya seni dan kerajinan tangan khas Indonesia semakin  memegang peranan penting dalam sektor perekonomian Indonesia.  

Jumlahnya yang telah mencapai 57 juta membuat eksistensi UMKM kian diperhitungkan oleh badan usaha milik negara (BUMN) 

Karena itu, selama annual meeting IMF yang digelar di Nusa Dua Bali (14/10), BUMN menghadirkan stand Rumah Kreatif BUMN (RKB) yang menghadirkan usaha-usaha kreatif dari berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya adalah UMKM Pusako Minang. UMKM Pusako Minang ini memproduksi tenun songket Pandai Sikek (Songket Pandai Singkek), yaitu kain songket khas dari Sumatra Barat. 

UMKM ini dikelola oleh pengusaha muda bernama Dila ini yang telah menjadi pengrajin songket pandai sikek sejak 2008 di Tanah Datar, Sumatera Barat. 

"Ketika itu, saya hanya memproduksi sarung dan selendang saja, karena jumlah pengrajinnya terbatas. Tapi kemudian saya mendengar informasi tentang RKB yang membuka pelatihan bagi pengusaha muda dan saya ikut serta,” ujar Dila dari keterangan pers yang kumparanSTYLE terima. 

Dila memaparkan, pelatihan yang ia ikuti diadakan selama enam bulan bersama para pelaku UMKM lainnya di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Selama pelatihan di RKB, tokonya di Pandai Sikek tetap beroperasi. Kala itu sekitar 30-40 sarung dan selendang terjual per bulannya.  

 Ketika pelatihan selesai, Dila yang bergabung di RKB pada 2010 itu pun memberanikan diri membuka toko di sebuah mal di Jakarta, pada 2011 silam.  

“Di situlah saya memberanikan diri tak hanya jual selendang dan sarung, tapi juga kebaya, tas dan sepatu, tapi yang paling laku tetap sarung dan selendang,” ujarnya.  

 Dila juga mengaku merasa senang telah bergabung di RKB, karena amat membantu pengembangan usahanya karena penjualannya yang terus meningkat. Ia menuturkan, untuk selendang dan sarung rata-rata terjual 60-70 potong per bulan, sedangkan kebaya bisa mencapai 60 potong.   

“Kalau sepatu dan tas belum sebanyak itu, dan kadang saya tak bisa menghitung secara pasti berapa produk yang terjual sebulan, karena ada saatnya pembeli memborong sangat banyak, tapi di bulan berikutnya penjualan normal,” terangnya yang kini telah mempekerjakan 60 pengrajin songket. 

Tak hanya itu, sejak bergabung di RKB, produk Pusako Minang tak hanya dijual secara offline, namun juga merambah pasar online.  

Dila juga mengungkapkan bahwa penjualan produknya terus meningkat karena konsumennya juga makin bertambah. Tak hanya di Indonesia, tetapi juga dari negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.  

“Konsumen dari negara tetangga kebanyakan datang langsung ke toko saya. Mereka sering memborong songket untuk dijual lagi di negaranya,” ujar Dila. 

Banyak manfaat yang telah Dila rasakan sejak bergabung di RKB. Hal tersebut membuatnya kian optimis dalam mengembangkan usaha UMKM songket pandai sikeknya. 

Kisah Sukses Pengrajin Songket Pandai Sikek Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Fauzi Rahmat

0 comments:

Post a Comment