Profil Amry Gunawan, Sukses Bangun Bisnis Modal Mas Kawin
Keberanian atau nekad adalah suatu hal yang biasa ditemukan dalam kisah hidup tokoh yang ada di profil orang sukses. Meskipun mengalami keterbatasan, mereka tetap melangkah dan menantang resiko untuk menggapai apa yang mereka cita-citakan.
Amry Gunawan memang jarang terdengar namanya, namun bukan berarti dia tidak menorehkan apapun. Amry merupakan pria di balik kesuksesan merek kerudung dan busana muslim asal Indonesia, Rabbani.
Rabbani pasti tidak asing bagi masyarakat Indonesia. merek busana muslim ini memang mudah ditemukan karena memang memiliki banyak cabang. Dalam bisnis Rabbani, mereka menggabungkan sistem franchise dengan Multi Level Marketing atau (MLM).
Produk asal Bandung ini juga sudah mendapat berbagai macam penghargaan. Tahun 2017, Rabbani dianugerahi penghargaan “Indonesia Original brand 2017” yang diberikan oleh majalah bisnis, yakni SWA. Sebelumnya, penghargaan-penghargaan seperti “Top Brand” dan “Top Franchise Of Mind” sudah pernah didapat.
Bisnis yang menggurita ini tak lepas dari kerja keras Amry. Selain kerja keras, pria berdarah aceh ini juga berani menantang batas bahkan di saat usianya yang masih muda.
Berawal dari nikah muda
Tujuan Amry untuk terjun ke ranah bisnis berawal dari upaya untuk menafkahi istrinya, Nia Kurnia yang keduanya sama-sama berkuliah di Universitas Padjajaran. Bisnis pertama yang dijalani oleh Amry adalah menjajakan DVD dan buku-buku ajaran agama islam di masjid yang ada di kampus mereka pada tahun 1991.
Amry memilih bisnis ini karena melihat peluang yang dapat mendatangkan keuntungan bagi dirinya. saat itu, buku-buku islam yang terbit di Jakarta tidak memiliki begitu banyak pemasok di Bandung. Alhasil, ialah yang mengisi celah tersebut dengan bisnis buku yang ia beri nama Pustaka Rabbani.
Bermodalkan uang pinjaman yang ia dapat dari mertuanya sebesar Rp 100.000, menggadaikan mahar pernikahan dengan seizin sang istri, Amry menjalani bisnis tersebut. Meski mendapatkan keuntungan di awal, Amry menemui lebih banyak pesaing, sehingga ia mengalami kesulitan dalam berbisnis pada Tahun 1994.
Hal ini membuat Amry harus memutar otak agar tetap bisa berbisnis. Berkat kemampuan istrinya dalam menjahit, Amry memutuskan untuk banting setir dan mulai berbisnis kerudung.
Bermodalkan 30 Karyawan, ia membuka bisnis kerudung. Bisnis tersebut ia pilih karena melihat kota Bandung yang berpotensi untuk menjadi sebuah pasar yang besar karena saat itu pelarangan jilbab di sekolah-sekolah sedang berlangsung. Amry berpikir bahwa pelarangan ini justru akan meningkatkan permintaan pasar terhadap kerudung, dan ternyata benar saja seperti yang ia perkirakan, bisnisnya mengalami peningkatan.
Berinovasi
Inovasi merupakan hal yang penting dalam berbisnis. Tanpa inovasi, masyarakat akan jenuh dan tidak tertarik dengan produk atau jasa yang ditawarkan.
Barangkali itu juga yang ada dipikiran Amry. Dalam berbisnis kerudung, ia melakukan inovasi dari produk yang dia jual. Salah satu inovasi dari Rabbani yang terkenal hingga hari ini adalah kerudung berbahan kaus dan bisa langsung dipakai (instan).
Tentu saja Amry melakukan riset dalam membuat produk ini. ia memikirkan kerudung yang nyaman digunakan juga terlihat pas dengan wajah si pengguna. Selain berinovasi dalam membuat model kerudung, ia juga menjual berbagai macam pakaian khusus muslimah seperti gamis.
Pria yang lahir 2 Februari 1967 ini mengawali bisnis kerudungnya di sebuah gerai sederhana di Kota Bandung. Meskipun berangkat dari gerai yang terbilang kecil, Rabbani hari ini sukses menjadi salah satu merek kerudung dan busana muslim besar di Indonesia.
Tahun 2018, Amry sudah memiliki 4 pabrik yang bisa menghasilkan 40 ribu potong kerudung setiap harinya. Soal keuntungan tidak usah dipertanyakan lagi, Rabbani bisa meraup keuntungan hinggan miliaran rupiah. Bisnisnya bukan hanya besar di dalam negeri saja, tetapi sudah melanglang buana ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Hong Kong, dan Belanda.
Amry sekarang duduk di perusahaan ini sebagai Founder, juga mengurusi Sumber Daya Manusia dan Marketing. Hal ini mungkin tidak terjadi jika ia tidak nekad untuk mengambil resiko yang bisa ia dapat dari berhutang.
0 comments:
Post a Comment