Kisah Seorang Ayah Jual Tisu Demi Anak yang Ditinggal Ibu
Banyak cerita mengharukan yang mengajarkan banyak hal kepada orang lain. Seperti yang dilakoni oleh seorang ayah, Hamsah Bulukadang (52), penjual tisu di Jalan S Parman, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Selain menjajakan tisu kepada setiap pengendara yang melintas di simpang empat Jalan S Parman, Bapak yang kini hidup dengan kedua anaknya itu juga mencari nafkah dengan cara memulung.
"Saya jualan tisu itu dari jam 7, tapi saya memulung dulu pagi harinya, nanti biasa mulai jam 10, tapi sambil memulung tisu tetap saya siapkan di gerobak," kata Hamsah saat berbincang dengan Tim PaluPoso di sela-sela pria paruh baya ini mengaso akibat teriknya sinar matahari.
Bapak yang memiliki 5 anak ini mengakui, ia menjajakan tisu sambil memulung untuk menambah biaya sehari-hari, termasuk mengumpulkan uang untuk biaya kost per bulan. Sebab, jika hanya mengandalkan dari kerja memulung, sangat sulit untuk memenuhi biaya hidup sehari-hari.
Begitu pula sebaliknya di saat ekonomi terpuruk akibat pandemi COVID-19. Namun, memulung dilakukan Hamsah hanya di seputaran tempatnya menjajakan tisu di simpang empat Jalan S Parman.
Kerja “nyambi” tersebut dilakoninya sembari mengikutsertakan kedua anaknya. Seorang masih duduk di bangku SD di Kota Palu dan seorang lagi belum sekolah. Sebab, Hamsah tak tega meninggalkan kedua anaknya itu di kost karena tak ada yang menjaganya.
Di tempat kost, ia hanya bertiga dengan anaknya. Istrinya sudah lama meninggal sejak anak bungsunya masih bayi.
Memang ia akui memiliki 5 anak. 2 di antaranya sudah menikah dan seorang sedang bersekolah di Gorontalo serta 2 orang yang masih kecil.
"Kalau yang 2 orang sudah kawin, satu orang sekolah di SMA Gorontalo, satu orang SD di Kota Palu dan satu orang lagi belum sekolah jadi 2 orang bersama saya sekarang," jelasnya.
Keinginan Hamsah sangat besar untuk menyekolahkan dan membahagiakan anaknya meskipun hanya sebagai penjual tisu dan pemulung.
"Sudah itu saya keluar jualan tisu ini, malu saya kalau anak-anak lapar, karena saya orangtua, saya juga sekolahkan anak saya supaya tidak dibodoh-bodohi, yang sekolah di Gorontalo saya juga biayai," ujarnya.
Seharian menjual tisu menurut Hamsah, biasanya ia memperoleh keuntungan Rp 30 sampai Rp 50 ribu perhari. Setiap tisu yang laku, ia diberi fee oleh orang yang menitipkan barang sebesar Rp 1.500.
"Ini gajinya kalau laku satu tisu saya dapat untung Rp 1.500, jadi biasanya saya dapat itu kalau satu hari kadang 30 ribu kadang juga 50 ribu, jadi yang penting saya bisa bayar kos dan tidak susah makan, kos saya harganya 400 perbulan," katanya.
0 comments:
Post a Comment