Kisah Muhammad Sholeh Sukses Jadi Peternak Sapi
Jalan takdir siapa yang tahu. Itu yang dialami Muhammad Sholeh (55). Warga Desa Campurejo, Kecamatan Panceng, Gresik, Jawa Timur ini pernah hidup susah. Sholeh mengatakan, semasa muda, ia pernah menekuni profesi sebagai tukang tambal ban hingga petugas pencaga kebersihan di terminal.
Upahnya pun tidak seberapa. Namun roda berputar. Peruntungan pun berubah, sejak ia memutuskan beralih profesi sebagai peternak. Bahkan kini, sapi yang dipeliharanya kerap dibeli para pejabat.
“Alhamdulillah, sejak beberapa tahun lalu banyak pejabat yang beli sapi di sini. Mulai dari bupati, gubernur, hingga presiden. Saya sendiri nggak tahu kenapa, tapi sepertinya sudah rezeki yang digariskan,” ujar Sholeh saat ditemui kompas.com, Kamis (1/3/2018).
Pria asal Lamongan ini mengatakan, saat ini ia tengah memelihara seekor sapi di rumah peternakan miliknya seluas dua hektar. Rencananya, sapi tersebut bakal dibeli Presiden Joko Widodo ( Jokowi) untuk Hari Raya Idul Adha (Qurban) mendatang.
“Ini beratnya sekarang sekitar 1,4 ton, dan akan saya upayakan agar bobotnya terus naik sebelum diambil jelang Hari Raya Qurban nanti. Kemarin memang bukan presiden langsung yang pesan, tapi melalui seseorang yang saya ketahui memang dekat dengan beliau. Tahun sebelumnya juga begitu,” jelasnya.
Selain satu ekor sapi yang diklaim sudah dipesan Presiden Jokowi, terdapat beberapa ekor sapi lain di area peternakan yang sama. Termasuk, ratusan ekor kambing yang berada di kandang terpisah.
“Kalau total saat ini, ada sekitar 100 ekor sapi dan 2.000 ekor kambing. Karena selain di sini, saya juga punya peternakan lagi di Lamongan yang lebih luas, lebih-kurang sekitar tiga hektar,” ucap dia.
Guna menunjang kinerja di peternakan Gresik maupun Lamongan, Sholeh dibantu 19 pekerja. Mereka sehari-hari bertugas memberikan makan, minum, mencukupi kebutuhan yang diperlukan, maupun menyembelihnya di kala ada permintaan dari pembeli.
“Sebab biasanya ada juga pembeli kambing yang minta langsung disembelihkan, karena untuk keperluan aqiqah. Sehingga mereka tidak repot lagi, dan langsung bisa memasaknya kalau sampai di rumah,” kata Sholeh. Hanya saja, Sholeh enggan menyebut omzet per bulan.
Namun untuk biaya operasional setiap harinya, ia menghabiskan Rp 4 juta. “Mohon maaf, saya nggak mau karena tidak ingin dikira riya (pamer). Yang pasti, alhamdulillah cukuplah, malah lebih-lebih kok,” tuturnya. Lihat Foto Salah seorang pekerja di peternakan milik Muhammad Sholeh, saat sedang memeriksa perkembangan sapi.
Terbiasa Hidup Susah
Sebelum Sholeh menikmati hasil dari beternak sapi dan kambing, ia mengaku terbiasa hidup susah. Beberapa profesi ia jalani tanpa ragu. Asalkan mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. “Sempat bersih-bersih di terminal, sempat juga buka tambal ban bertahun-tahun di Lamongan.
Saya sendiri bukan asli Gresik, tapi perantauan asal Lamongan. Pindah kesini juga nggak langsung ternak, tapi buka tambal ban dulu,” tutur suami dari Suparmi ini. Usai lima tahun membuka tambal ban di area Campurejo, sedikit demi sedikit hasil yang diperoleh ia sisihkan untuk membeli kambing serta membangun kandang kecil, sebagai awal mula kesuksesan dirinya saat ini.
“Waktu itu saya beli dua ekor kambing di Pasar Mentaras (pasar hewan). Kemudian saya pelihara dengan telaten dan kemudian berkembang banyak. Sementara untuk (beternak) sapi, mungkin baru enam atau tujuh tahun lalu,” ujar Sholeh. Pertama kali beternak kambing, Sholeh kerap menjadi bahan omongan bahkan pergunjingan warga sekitar lantaran bau yang ditimbulkan.
Namun ia coba bersabar menghadapi berbagai hujatan. “Sekarang alhamdulillah sudah tidak ada yang ngomongin saya lagi, karena setiap tahun saya sudah bertekad untuk menyembelih beberapa kambing untuk dibagi kepada warga sini. Terlebih dengan rezeki yang diberikan saat ini, membuat saya harus menolong sesama yang membutuhkan,” pungkasnya.
0 comments:
Post a Comment