Aqua Kini Dicari, Penemunya Dulu Dicaci
Sebagian dari kita mungkin pernah secara tidak sadar saat memesan air mineral kemasan selalu mengucap “Bu, beli Aquanya satu” padahal belum tentu air mineral yang dijual saat itu dengan merek yang sama seperti yang disebut.
Nah, hal ini terjadi karena produk Aqua sudah berada di top of mind kebanyakan orang sehingga dianggap sebagai merek generik untuk air mineral. Tenarnya produk ini ternyata tidak terlepas dari kerja keras Tirto Utomo. Sang pionir air minum dalam kemasan di Indonesia.
Tirto menjadi salah satu profil orang sukses yang dinilai membawa banyak perubahan pada perekonomian bangsa hingga kini. Di usia ke 64 tahun ia menghebuskan nafas terakhir di Jakarta. Namun namanya tetap dikenang dan harum sampai sekarang.
Tirto Utomo atau Kwa Sien Biauw lahir dari orang tua pengusaha susu sapi dan pedagang ternak. Untuk masalah pendidikan tidak ada kendala untuk Tirto karena bisa dibilang berasal dari keluarga yang berkecukupan. Lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini sempat menjadi pemimpin redaksi harian Sin Po dan majalah Pantja Warna sebelum akhirnya bekerja di Pertamina.
Awal Berdirinya Aqua
Ide mendirikan perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) AQUA timbul ketika Tirto bekerja sebagai pegawai Pertamina pada awal tahun 1970-an. Ketika itu Tirto bertugas menjamu delegasi sebuah perusahaan Amerika Serikat.
Namun jamuan itu terganggu ketika istri ketua delegasi mengalami diare yang disebabkan karena mengkonsumsi air yang tidak bersih. Maklum saja, air minum yang disajikan saat itu bukan air minum kemasan seperti sekarang ini, melainkan air tanah yang direbus secara tradisional. Bahkan bau tanah pun masih terasa.
Tirto kemudian menyadari bahwa tamu-tamunya yang berasal dari negara Barat tidak terbiasa dengan air minum yang direbus melainkan air yang telah disterilkan. Dari sanalah ide Tirto muncul melihat di Indonesia belum ada air mineral dalam kemasan.
Akhirnya dengan modal sebesar Rp 150 juta bersama adiknya, Slamet Utomo, mereka mendirikan pabrik di Bekasi pada tahun 1973 dengan nama PT. Golden Mississippi yang awal mulanya bernama Puritas. Karyawan Tirto Utomo saat itu hanya berjumlah 38 orang dan mampu memproduksi 6 juta liter pertahun. Untuk lebih fokus pada perusahaan pribadinya ini, Tirto Utomo memilih pensiun dini dari PT Pertamina.
Nama Aqua sendiri dibuat atas masukan dari Eulindra Lim, Konsultan Indonesia yang bermukim di Singapura, nama tersebut dianggap mudah untuk diucapkan dan diingat. Selain itu nama Aqua juga terinspirasi nama samaran “A kwa” semasa masih menjadi pemimpin redaksi Harian Sin Po dan majalah Pantja Warna.
Gagasannya Dianggap Gila
Produk pertama Aqua diluncurkan pada 1 Oktober 1974. Saat itu minuman ringan berkarbonasi seperti Coca-Cola, Sprite, Green Spot sedang naik daun sehingga gagasan menjual air mineral tana rasa dan warna dianggap sebagai gagasan gila. Awal produksinya dianggap menjadi masa-masa yang sulit sampai orang tanpa harus membayar pun tidak mau dengan alasan “ untuk apa air minum mentah”.
Penjualan pada 3 tahun pertama tentu merosot, Tirto sempat hampir menutup pabrik Aqua dikarenakan ketidakjelasan masa depan air mineral tersebut pada saat itu. Ia sudah mengeluarkan uang banyak hingga harus keluar dari perusahaan tempat ia bekerja demi perusahaan buatannya ini namun yang ia terima adalah penolakan dan cibiran yang bertubi-tubi.
Namun, bukannya menurunkan harga jual ia lantas menaikkannya 3 kali lipat. Dilain sisi distribusi Aqua beralih dari masyarakat biasa ke perusahaan asing seperti perusahaan Korea yang waktu itu sedang menangani proyek tol jagorawi.
Pasar pun mulai terbuka, omset mulai naik. Agaknya orang mulai percaya bahwa air minum Aqua merupakan air minum dengan kualitas tinggi, dilihat dari harganya.
Pada tahun 1982, Aqua mengganti bahan baku air yang digunakan dari yang semula menggunakan sumur bor ke mata air pegunungan karena dianggap mengandung komposisi alami yang kaya nutrisi. Salah satu kutipan dari Tirto Utomo yang terkenal, yaitu “ Banyak orang mengira bahwa memproduksi air kemasan adalah hal yang mudah.
Mereka pikir yang dilakukan hanyalah memasukkan air kran ke dalam botol. Sebetulnya, tantangannya adalah membuat air yang terbaik, mengemasnya dalam botol yang baik dan menyampaikannya ke konsumen.”
0 comments:
Post a Comment