Friday, August 28, 2020

Kisah Sukses Para Pebisnis Kuliner Bertahan di Tengah Pandemi


 Kisah Sukses Para Pebisnis Kuliner Bertahan di Tengah Pandemi

Saat “puting beliung” pandemi Covid-19 datang, hampir seluruh sektor usaha di Tanah Air dan juga di seluruh bagian dunia lainnya, rontok. 

Untuk meredam dan memutus mata rantai pandemi, pemerintah terpaksa menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sejak itulah roda perekonomian nasional tersendat. 

Sebagian besar usaha, tutup. Sebagian pengelola dan pemilik usaha bertahan walau menghentikan usaha. Pemutusan hubungan kerja meluas. Pengangguran pun melambung, betebaran di seantero negeri. 

Beruntung, masih ada sebagian orang yang berjiwa kewiraswastaan kuat, mampu mengubah bencana menjadi keberuntungan. Salah satu di antara mereka adalah Inwi Willy. Ia melihat usaha kuliner menjadi salah satu usaha yang relatif kenyal menghadapi bencana. 

Alkisah ia mendapat keluhan dari seorang chef restoran langganannya. Yang bersangkutan sudah tiga bulan tidak bekerja karena restoran tutup. Dia lalu meminta pekerjaan apa saja kepada Inwi. Yang penting bekerja, berapapun upahnya. 

“Saya sedih mendengar ceritanya. Dia pulang kampung, ke Bogor. Di sana cuma jualan pisang, dan sate. Pembelinya sedikit. Duh, padahal chef ini ‘lidah’-nya matang. Masakannya enak banget. Apalagi sambal dadap-nya,” papar Inwi, Selasa (25/8/2020). Sense bisnis Inwi menyala. 

Ia mengajak yang bersangkutan dan seorang chef lainnya yang kehilangan pekerjaan untuk bekerja di rumahnya. “Terpikir oleh saya, membuat sajian kuliner hantaran. Ya, ‘Rantang emas’,” tutur Inwi. Tanggal 31 Mei 2020, ia mulai membuka usaha kuliner antaran. Di awal usahanya, ia hanya buka pesanan sepekan sekali. 

Karena pesanan bertambah, Inwi menambah hari buka pesanan sepekan empat kali, Selasa, Kamis, Sabtu, dan Minggu. Hanya dalam waktu beberapa pekan, usahanya berkembang pesat. Jumlah karyawan pun ia tambah. 

“Saya mulai menawarkan jasa dari jaringan terdekat, keluarga besar. Lalu teman teman bisnis saya dan berlanjut ke kalangan artis,” kata desainer pemilik rumah mode Sissae Indonesia ini. Inwi memilih menu masakan Indothai.

 Paduan menu Indonesia dan Thailand. “Cari sesuatu yang beda dong. Namanya juga pemula, kudu berani membuat sesuatu yang baru. Kebetulan chef saya juga kreatif dan punya pengalaman panjang mengolah masakan laut saat bekerja di restoran Thailand,” tutur Inwi. 

Apa menu yang paling disukai pelanggan? “Kepiting Rantang Emas. Sajian kepiting keprek saus dengan bunga kecombrang yang diblender. 

Ini jadi menu kesukaan pak Wiliam Wongso (salah satu praktisi kuliner populer di Tanah Air). Sajian kecombrang ini saya adopsi dari menu laksa Medan. Rasanya asam manis asin, pedas, dan gurih dari paduan bumbu ala Rantang Emas,” ucap Inwi. 

Setiap porsi Kepiting Rantang Emas terdiri dari dua kepiting dengan berat 700-800 gram. Harga per porsi, Rp 250.000. Wow. “Cukup untuk dua orang,” ujar Inwi senang. Untuk menu Kepiting Soka Telur Asin, ia membanderol harga Rp 250.000 per porsi. 

Isinya 600 gram kepiting, dan dua butir telur asin. “Kepitingnya digoreng, dibalut telur asin, diberi daun kemiri. Semua menu saya memang didominasi daun kemiri dan jeruk nipis,” tutur Inwi. 

Menu lain yang populer adalah Gulai Ikan Kakap. “Kuahnya pakai santan, belimbing wuluh, dan daun kari. Mirip gulai ikan Medan, tapi kuah menu saya lebih encer, segar, dan lebih ringan rasanya,” jelas Inwi. 

"Harga seporsi Rp 180.000 dengan kakap seberat 600 gram,” ucap Inwi. Juga ada menu Thailand Tomyam. “Seporsi Rp 150.000. Saya tidak lagi mengubah bumbu dan bahannya karena saya nilai, menu ini sudah sempurna. Jadi tetap orisinal Tomyam Thai,” tambah Inwi. 

Saat ini, setiap hari Sabtu dan Minggu, Inwi mampu menghabiskan masing-masing 100 ekor kepiting, sementara ikan gurame sebanyak 30 ekor bisa habis setiap hari Sabtu. Ia memekerjakan lima karyawan dengan gaji pantas. 

“Modal awalnya cuma beberapa juta dari gaji suami yang saya sisihkan. Sekarang? Lumayan lah,” kilah Inwi yang pernah merebut juara Enterpreneur Ernst & Young Award 2015. Kemajuan usaha kulinernya mendorongnya membuat dapur lebih higienis. Dapur dilengkapi mesin ozone dan lampu UVC. 

Secara berkala disemprot disinfektan. Saus dan sambal Selain menjual sajian makanan utama, ia juga menjual 12 jenis saus. Ke-12 saus tersebut adalah Rantang Emas Sauce, Padang sauce, Lada Hitam Sauce, Gulai Sauce, Nyonya Sauce, Asam Manis Sauce, Telor Asin Sauce, Madu Sauce, dan Ricarica Sauce. Langkah serupa dilakukan Fachry Dwiprihanto, di Malang, Jawa Timur. 

Ia membuat sambal cumi siap saji bermerek “Micumi Sambal Baby Cumi”. Tanpa bahan pengawet. Tahan sebulan disimpan di freezer. Setiap memasak, ia memroduksi 10 toples. Harga setiap toples Rp 35.000. Fachry dibantu seorang mahasiswi jurusan Tata Boga Universitas Negeri Malang. 

Ia membuka usaha ini setelah bisnis biro wisata yang ia kelola bersama kawan-kawannya meredup. Hariyadi Sukamdani, Ketua Umum Asosisasi Pengusaha Indonesia menilai, apa yang dilakukan para wiraswastawan tadi sudah tepat. 

“Perubahan pola konsumsi masyarakat untuk menjaga stok bahan makanan di rumah, akan berkorelasi dengan kebutuhan makanan olahan (pre-cook) seperti makanan siap saji, dan makanan beku (frozen food),” tuturnya. 

Jasa antaran daring Wiraswastawan muda lainnya, Agus Suhendar menyisir jejak kebangkitan yang sama dengan Inwi. Setelah tempatnya bekerja di satu usaha ritel di Bali tutup, ia membuka jasa antaran, bekerja sama dengan 300 mitra UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) awal Juni 2020. 

Ke-300 mitra tersebut tersebar di Badung, Jimbaran, Nusa Dua, Denpasar, Tabanan, dan Gianyar, Provinsi Bali. “Awalnya saya mengamati, memasuki era pandemik Covid-19 justru banyak UMKM bermunculan. 

Saya melihat peluang usaha jasa antaran di sela kesibukan mereka,” ungkapnya, Selasa (25/8/2020). Ia lalu membuka jasa antaran daring, MYPIN. Ongkos kirimnya cuma Rp 1250. Ongkos kirim yang murah ini membuat pertumbuhan UMKM di Bali, kian terpacu. 

“UMKM menjamur di Bali setelah mayoritas usaha di Bali yang lebih banyak mengandalkan sektor pariwisata, sebagian gulung tikar. Pengangguran meningkat. Satu-satunya pilihan tinggal membuka usaha UMKM,” ujar pria yang pernah bekerja di satu perusahaan kelapa sawit itu.


Kisah Sukses Para Pebisnis Kuliner Bertahan di Tengah Pandemi Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Fauzi Rahmat

0 comments:

Post a Comment