Kisah Rio Yustan ASN Yang Kini Sukses Budidaya Koi di Pononorogo
Budidaya ikan koi yang ditekuni Rio Yustan, Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemkab Ponorogo sejak Tahun 2017, kini membuahkan hasil manis.
Rio mengaku awalnya hanya sekedar hobi. Dia sudah mengenal ikan koi sejak dirinya duduk di bangku SMP. Namun dia mulai konsisten memulai budidaya pada Tahun 2017.
"Kenapa saya bilang konsisten. Karena sejak saya SMP koi tidak pernah ada matinya. Kalau dulu cuma memelihara, sekarang budidaya dan menjual," ujar Rio, Jumat (2/10/2020).
Di awal budidaya, Rio mengeluarkan modal awal Rp 25 juta. Dari jumlah itu, Rp 7 juta untuk belanja 300 ekor bibit koi jenis kohaku, sanke dan showa. Sedangkan Rp 18 juta untuk membangun kolam, membeli filter, erator dan obat-obatan hingga pakan untuk untuk tiga bulan.
Pria berusia 39 tahun ini menambahkan, merawat koi memang agak susah dibandingkan ikan lain. Saat memulai bisnisnya itu, dari 300 bibit ikan yang dibelinya, 250 ekor di antaranya mati.
"Saat itu cari obat-obatan ikan di Ponorogo sulit dan harus mencari dari luar kota," tambahnya.
Agar usahanya semakin mantap, Rio juga belajar secara otodidak dari internet. Dari situ, pria tiga orang anak ini tahu jika kunci dalam budidaya koi adalah memelihara air agar tetap jernih.
"Menjaga PH air ada di poin 7-8 dan amoniak di angka nol. Ini berbeda dengan budidaya ikan lain seperti lele gurame yang cukup menjaga asupan makanan," ungkap Rio.
Menurutnya, pada budidaya koi, harus merawat airnya nantinya air tersebut yang akan merawat ikan. Untuk itu peran filter air dan erator sangat penting.
"Jika air terawat, maka warna dan corak ikan akan semakin terang sehingga membuat nilai jual ikan semakin tinggi," paparnya.
Rio menyebut jika sudah masuk masa pancaroba, pembudidaya ikan koi harus lebih hati-hati, karena koi rentan terserang penyakit. Karena suhu air yang fluktuatif.
Saat masa pancaroba, ikan koi hendaknya diberi makan seminggu dua kali. Sebab saat pergantian musim tersebut, pencernaan ikan tidak bagus sehingga akan rentan sakit kalau terlalu banyak pakan yang diberikan.
"Nanti kalau sudah mahir dalam merawat corak warna dan membesarkan ikan, saya sarankan pembudidaya untuk menjajal pembenihan ikan koi," ungkapnya.
Menurutnya, permintaan benih ikan koi melalui media sosial cukup tinggi.
"Dalam pembenihan dibutuhkan tiga indukan ikan, dua jantan dan satu betina yang dimasukkan dalam satu kolam," bebernya.
Ukuran indukan juga harus sama, yaitu minimal 60 sentimeter agar mendapatkan benih yang besar.
"Media yang saya pakai untuk pembenihan di dalam kolam adalah ijuk sapu, tali rafia atau kayu apu. Media tersebut berfungsi sebagai tempat menyimpan telur," jelasnya.
Ikan koi bisa memproduksi 4000 telur sekali bertelur. Namun biasanya yang menetas hanya sekitar 2000 telur. Saat benih mulai membesar, benih harus dipilah berdasarkan ukuran. Hal ini untuk menghindari kanibalisasi antar benih.
"Kalau selisih ukurannya terlalu besar, bisa saja saling memakan," ucapnya.
Rio mengaku, selama Pandemi Covid-19 ini, dia bisa mendapatkan penghasilan sampingan Rp 3 juta per bulan.
0 comments:
Post a Comment