Eleanor Coade, Pebisnis Batu Coade Mulanya Pengusaha Wol
Menarik untuk mengingat Eleanor Coade, sebagai seorang putri pedagang wol dia justru sangat ingin membuat pabrik pembuatan batu. Hanya saja, lantaran ia tidak memiliki pengetahuan yang luas mengenai batu buatan dan akhirnya lebih memilih berjualan linen sebagai awal kariernya. Menjelang akhir 1760-an, ia bertemu seorang pemuda bernama Daniel Pincot yang sudah berpengalaman dalam bisnis pembuatan batu buatan dan sedang mengalami kesulitan keuangan. Keduanya pun bekerjasama, Eleanor yang mempunyai uang dan Daniel mempunyai formula.
Mereka kemudian membuka pabrik pembuatan batu di sisi selatan Thames (sekarang telah menjadi Stasiusn Waterloo), London, Inggris. Ketika awal produksi, mereka mulai membentuk bahan bermutu tinggi yang tidak biasa. Eleanor menamai batu itu dengan sebutan Lythodipyra yang dalam bahasa Yunani yang berarti "batu dua kali". Lalu dua tahun kemudian, produk ini rebranding menjadi "Batu Coade". Sepertinya ketika proses rebranding inilah, Eleanor memecat Pincot sehingga tidak ada lagi yang diketahui tentang kaitan pria ini dengan batu coade pada tahun-tahun berikutnya.
Batu Coade yang diproduksi oleh perusahaannya menjadi bahan dasar pembuatan benda hias yang sangat terkenal selama abad ke-18 dan 19, karena secara praktis dapat dibentuk menjadi segala jenis benda dan sulit sekali untuk dihancurkan. Mulai dari untuk pembuatan hiasan patung di ibu kota sampai arsitektur dekoratif lainnya, bahan-bahan dari pabrik Eleanor menguasai penjuru Inggris dan sekitarnya. Batu coade juga digunakan oleh banyak pematung dan arsitek brilian pada masa itu, seperti Robert Adam, James Wyatt, Samuel Wyatt, Sir William Chambers, John Nash, dan John Soane. Bahan ini pula digunakan untuk Kapel St George, Windsor; Paviliun Kerajaan, Brighton; Carlton House, London; Royal Naval College, Greenwich; dan perbaikan Istana Buckingham.
Sebagai seorang pebisnis wanita, Eleanor menujukkan keberhasilan luar biasa dalam memimpin usahanya. Ia pandai menjalin relasi dengan para arsitek dan perancang terkenal serta memiliki akses ke beberapa klien terkenal di Inggris. Sistem promosinya luar biasa menarik, ia pernah membuka pameran untuk produk-produknya di Society of Artists pada 1770-an, Lalu pada tahun 1799 membuka galeri pameran permanen di sisi selatan Jembatan Westminster.
Dia juga sering memasang iklan di surat kabar, dan memastikan bahwa karya terbaik dari pabriknya dipamerkan di Royal Academy. Rancangannya pun sangat lengkap, seperti yang terdapat dalam katalognya tahun 1784, berisi tidak kurang dari 788 desain. Tak hanya itu, ia pula pandai menyesuaikan desain seperti yang diinginkan para kliennya.
Eleanor menjalankan bisnisnya dengan sangat sukses selama hampir lima puluh tahun. Ia bahkan menjadi pengusaha wanita tersukses yang jarang terjadi di Era Georgia. Prestasi puncak karir Eleanor terbukti saat mendapatkan penghargaan dari Kerajaan George III.
Ketika Eleanor Coade meninggal pada tahun 1821, desas desus menyebutkan formula rahasia pembuatan batu coade turut hilang bersama dengan kematiannya. Namun hal itu dibantahkan oleh para sejarawan. Menurut mereka batu coade sebenarnya bukan bagian dari jenis batuan, melainkan keramik yang disebut periuk.
Keramik, seperti yang kita ketahui hanyalah tanah liat yang dipanggang, yang membedakan keunggulannya bergantung pada jenis tanah liat itu sendiri dan seberapa kuat mereka ketika dibakar.
Perbedaan keunggulan ini akan menghasilkan berbagai jenis bahan. Hasil pembakaran dengan suhu rendah akan menghasilkan tembikar (terakota, tembikar, batu bata dll), sayangnya hal itu tidak cocok untuk bahan pembuatan benda kesenian seperti patung, karena terlalu rapuh. Sementara melalui temperatur yang lebih tinggi akan menyebabkan vitrifikasi pada tanah liat dan menghasilkan bahan dengan kualitas lebih keras yang disebut porselen.
Sedangkan untuk membuat keramik periuk, maka diperlukan suhu yang lebih tinggi dari itu, sehingga hasilnya akan menjadi bahan batuan yang padat, tidak tembus cahaya, tidak korosif, dan tahan terhadap goresan. Tentu formula ini sebenarnya sudah dikenal di pertengahan abad ke-19 dan sejumlah produsen telah menggunakan resep tersebut.
Kembali menyoal wanita suskses itu, Eleanor diketahui tidak pernah menikah. Jadi, sebelum meninggal tahun 1821 pada usia ke 88 tahun, ia wasiatkan sebagian besar kekayaannya untuk diberikan kepada sekolah amal dan gereja.
0 comments:
Post a Comment